Prolog
Salah satu artikel Business Weeks tanggal 16 Februari lalu adalah mengenai tindakan Presiden Obama yang menegur CEO bergaji besar dikala krisis perekonomian. Artikel ini ditulis oleh Michael Mandel, salah satu ekonom terkemuka saat ini. Yang menarik, Mandel menyamakan kondisi ini dengan kejadian beberapa tahun yang lalu, tepatnya tahun 1981, dimana Presiden Ronald Reagan melakukan pemecatan terhadap 11.300 air traffic controller yang mogok kerja menuntut kenaikan gaji dan perbaikan kondisi kerja disaat perekonomian melemah dan tingkat pengangguran mencapai 7,4%.
What? Ya, anda tidak salah membaca, 11.300 air traffic controller. Pemecatan controller terbesar dalam sejarah Amerika..dan dunia. Atau sekitar 70% dari seluruh controller yang ada di Amerika Serikat. Dimana salah satu impact-nya adalah bubarnya PATCO (Professional Air Traffic Controllers Organization) – organisasi ATC Amerika saat itu – sebagai pihak yang mewakili air traffic controller.
Bagaimana hal ini dapat terjadi di negara (yang mengklaim) paling demokratis sedunia, dimana human rights dan freedom of speech (katanya) merupakan pilar tertinggi negara tersebut? What can we, especially IATCA, learn from this?
The Tragical Dispute
Cerita ini dimulai dengan negosiasi yang terjadi antara PATCO dan pemerintah yang diwakili FAA (Federal Aviation Administration) sehubungan dengan hampir berakhirnya kontrak kerja antara controller yang diwakili PATCO dengan FAA (kalo di Indonesia mungkin mirip dengan Perjanjian Kerja Bersama antara pegawai dengan perusahaan :D). Negosiasi ini dimulai pada bulan Februari 1981 dimana PATCO menuntut kenaikan gaji, perbaikan kondisi kerja, second career planning, jadwal pensiun dini, pengurangan jam kerja dan lain sebagainya (total terdapat 97 tuntutan).
Pada bulan Mei 1981, negosiasi tersebut semakin panas dengan tidak bertemunya kesepatan antara kedua belah pihak. Bulan Juni 1981, Robert Poli, presiden PATCO, semakin menekankan disetujuinya 3 tuntutan terpenting yaitu kenaikan gaji US$10.000, perbaikan kondisi kerja dan pengurangan jam kerja. FAA merespon dengan menawarkan kenaikan US$2.500, pengurangan jam shift malam hingga 15% serta tambahan 30 menit istirahat untuk makan siang.
Setelah dipresentasikan ke seluruh anggota, ternyata penawaran ini ditolak oleh 95% anggota PATCO. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh controller di Amerika Serikat lebih tertarik pada perbaikan kondisi kerja dan kehidupan sosial dibanding dengan hanya kenaikan gaji, walaupun nilainya cukup signifikan. Namun FAA menolak untuk menaikkan penawarannya tersebut lebih lanjut.
Didukung dengan data survey yang dimulai sejak bulan maret dimana 78% anggota PATCO bersedia untuk melakukan aksi lebih lanjut apabila perundingan mengalami deadlock, Dewan Direksi PATCO memutuskan bahwa organisasi harus all out dalam memperjuangkan tuntutan mereka. Semboyan mereka adalah “Be One in 81”.
Pada tanggal 3 Agustus 1981, 13.000 dari 15.000 controller anggota PATCO di seluruh Amerika Serikat meletakkan headset dan meninggalkan Operational Room. Mogok kerja dimulai. Hal ini otomatis menyebabkan kekacauan yang luar biasa pada industri transportasi udara.
FAA bereaksi dengan membatasi jumlah penerbangan hingga 50% dan memaksa supervisor yang tidak memiliki rating (dan bukan anggota PATCO) serta controller militer untuk mengisi kekosongan. Namun insiden demi insiden hingga nearmiss tetap terjadi meskipun jumlah traffic jauh menurun.
Secara mengejutkan Presiden Ronald Reagan bereaksi dengan mengancam bahwa hukumnya adalah ilegal bagi pekerja federal (pegawai negeri kalau di Indonesia) melakukan mogok kerja dan apabila para controller tidak kembali bekerja dalam waktu 2×24 jam, mereka akan kehilangan pekerjaan. Dibawah ancaman mengerikan ini, 1.600 controller kembali bekerja, namun 11.300 lainnya melanjutkan aksi mogok mereka.
Tanggal 5 Agustus 1891, Reagan benar-benar membuktikan ancamannya dan memecat seluruh controller yang masih mogok. Tidak hanya itu Presiden Ronald Reagan juga melarang seluruh controller tersebut untuk bekerja kembali di bidang ATC di negara Amerika Serikat seumur hidupnya! Tragis.
Hal ini menjadi ironis, karena sebelum terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, PATCO adalah organisasi buruh dan profesi yang pertama secara terbuka mendukung kandidasi Ronald Reagan menjadi Presiden Amerika Serikat. Salah satunya karena janji Ronald Reagan untuk memperbaiki sistem ATC Amerika Serikat yang bobrok. Mengutip Elizabeth Schulte “PATCO dan USALPA merupakan organisasi buruh yang mendukung pencalonan Ronald Reagan. Sayangnya kelak, setelah menjadi Presiden Amerika Serikat, bukan PATCO atau organisasi buruh lainnya yang memanen buah keberhasilannya, namun korporasi dan konglomerasi bisnislah yang dijadikan anak emas oleh Presiden Reagan”.
IFATCA (Pointless) Moves..or Its Just The Foolish President After All
Melihat kekacauan ini, IFATCA memutuskan untuk menggelar konferensi luar biasa yang pertama dalam sejarah IFATCA pada tanggal 22 – 23 Agustus di Amsterdam. Karena selama ini IFATCA turut mendampingi PATCO dalam perjuangan baik secara langsung (salah satu Vice President PATCO, Bob Meyer, juga merupakan Vice President IFATCA) maupun tidak langsung.
Walau pemberitahuan mengenai konferensi luar biasa ini sangat mepet namun 32 asosiasi (dari total 61 asosiasi seluruh anggota IFATCA saat itu) dapat hadir. Dukungan IFATCA terhadap kolega mereka diperlihatkan dengan ikut mengundang sejumlah organisasi profesi internasional selain ATC. Hal ini dilakukan agar institusi lain, terutama yang terkena dampak dari mogok kerja ATC seperti Pilot dan Airline, dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Konferensi luar biasa ini menarik perhatian media apalagi pada saat konferensi pers, Bob Meyer menggambarkan dengan detail kejadian nearmiss yang terjadi 10 hari setelah mogok kerja terjadi dan membocorkan dokumen internal milik US ALPA (United States Air Line Pilot Association) yang “memprihatinkan kondisi tidak amannya ruang udara Amerika Serikat sehubungan dengan mogoknya ATC”. Pembocoran dokumen ini menyebabkan perselisihan di internal US ALPA karena beberapa hari sebelumnya Presiden US ALPA memberikan statement kepada publik bahwa sistem transportasi udara masih aman.
Selanjutnya pada tanggal 8 hingga 10 September 1981 IFATCA mendampingi PATCO dalam melakukan negosiasi dengan FAA dan Menteri Transportasi dan menegaskan bahwa satu-satunya cara mengembalikan stabilitas sistem ATC adalah secepatnya menarik kembali semua personil ATC yang dipecat, atau IFATCA akan memberitakan kepada 61 negara anggotanya bahwa ruang udara Amerika tidak aman.
Namun Presiden Reagan tak bergeming.
The Fall of PATCO
Pemerintah Amerika Serikat belum berhenti sampai disitu. Di seluruh negeri, pimpinan-pimpinan PATCO ditangkap, di penjara dan didenda. Media melaporkan artikel dan gambar-gambar controller yang diborgol dan digiring ke penjara. Oh Tuhan!
PATCO bahkan didenda sebesar US$140 juta karena dianggap mengakibatkan kekacauan pada sistem transportasi udara. Tidak ada pilihan lain, PATCO terpaksa mengajukan pernyataan bangkrut.. dan otomatis bubar. Dukungan dari rekan-rekan ATC global berdatangan baik moral maupun material, namun tidak banyak membantu akibat arogansi dan keras kepala pemerintahan Amerika Serikat terutama tangan besi Presiden Reagan.
Moral of the Story
Beberapa pandangan menyebutkan bahwa kejadian ini adalah akibat FAA yang memiliki kebijakan “banci” dan PATCO yang seharusnya dapat menghandle situasi ini lebih baik.
- Beberapa orang dalam FAA sepertinya sengaja membawa perundingan ke arah konfrontasi sehingga berakibat pada situasi deadlock yang semakin sulit dipecahkan. Karena pada laporan evaluasi tahunan FAA satu dekade sebelumnya, memiliki kesimpulan akan perlunya pengurangan jam kerja, ugrade sistem ATC dan revisi gaji controller. Namun entah mengapa FAA mengabaikan temuan-temuan ini dan hanya mengimplementasikan sebagian rekomendasi saja.
- Sementara kesalahan PATCO terutama terletak pada jalur public relation bahwasannya tuntutan finansial hanyalah bagian kecil daripada seluruh tuntutan perbaikan sistem ATC secara keseluruhan. Banyak kesalahpaham publik mengenai apa yang sebenarnya diperjuangkan PATCO (mungkin termasuk Presiden Reagan yang merasa PATCO tidak peka dengan kondisi ekonomi yang sedang resesi).
- Menurut hukum federal di Amerika Serikat, adalah ilegal bagi pegawai federal untuk melakukan mogok kerja, meskipun konklusi ILO (International Labour Organization) pada tahun 1979 mengenai air traffic controler yang bekerja pada pemerintah menekankan adanya penyelesaian musyawarah, negosiasi dan arbitrasi apabila terjadi perselisihan antara controller dan manajemen, untuk menghindari terjadinya industrial action (misalnya yang terparah: aksi mogok kerja) oleh organisasi yang mewakili controller.
- Akibat finansial dari aksi mogok ini adalah perekonomian Amerika sendiri yang semakin parah terutama industri penerbangan yang bernilai US$30 bilyar, yang terdiri dari 14.000 traffic, 10.000 ton kargo dan 800.000 penumpang per hari. Kekacauan sektor ini memiliki efek domino ke sektor-sektor lain.
- PATCO mencatat terdapat 481 nearmiss selama 1 tahun setelah aksi mogok, bandingkan dengan 10 nearmiss dalam kurun waktu 10 tahun sebelum mogok.
Epilog
Akibat lifetime banned di negerinya sendiri, controller yang masih ingin bekerja sebagai ATC terpaksa pindah ke luar negeri. Sementara, yang tidak ingin meninggalkan negaranya terpaksa berganti profesi (dapatkah anda bayangkan profesi lain yang dapat menampung keahlian seorang air traffic controller? Tidak banyak pastinya). Sebagian controller kehilangan rumah tinggalnya karena menggunakan pinjaman federal. Ada pula yang ditolak dalam pengajuan adopsi anak. Efeknya benar-benar tak terbayangkan.
Baru 14 tahun kemudian, tepatnya tanggal 12 Agustus 1993, pada pemerintahan demokrat lainnya, yaitu Presiden Bill Clinton, pelarangan itu dicabut. Dan sekitar 850 controller ex-PATCO kembali bekerja di tower-tower dan center di Amerika Serikat. Hmm tidak sampai 10% dari jumlah controller yang dipecat.
Meskipun tragis, pahit dan getir, namun tidak banyak anggota PATCO yang menyesali kejadian ini. Pada banyak wawancara yang dilaporkan Elizabeth Schulte, salah seorang controller ex-PATCO berkata, “Apabila diberikan situasi dan kondisi yang sama , Saya akan melakukannya (aksi mogok) kembali. Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa sejarah akan membuktikan bahwa aksi PATCO adalah jalan yang benar untuk dilakukan. Mungkin secara legal salah, namun secara moral benar”.
Semoga “kutukan Reagan” tidak akan pernah terjadi lagi bagi air traffic controller dimana pun.
Aslm,
Moral of Story
Mudah2an hal ini tidaklah sama dengan apa yang terjadi dengan bangsa kita.
Ngeri
bukan suatu kesalahan…
jika kita membutuhkan waktu istirahat dari pekerjaan….
sedangkan hak itu tidak diperoleh oleh controller di amerika serikat…
mungkin kenaikan gaji adalah hal yang kecil bagi mereka…
yang mereka minta hanyalah sedikit waktu yang berkualitas
untuk mereka beristirahat….
dan menghabiskan waktu dengan keluarga mereka….
semoga ini menjadi pelajaran bagi kita dan pengatur regulasi akan tanggung jawab yang di emban oleh saudara2 kita sebagai controller.